Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

RSS

buta warna


I. ANATOMI 
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran 
background imageserabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan, terdapat makula lutea yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Di tengah makula terdapat bercak mengkilap yang merupakan reflex fuvea kira-kira 3 mm ke arah nasal kutub belakang bola mata, terdapat daerah putih kemerahan disebut papil saraf optik. Arteri sentral bersama venanya masuk ke dalam bola mata di tengah papil saraf optik merupakan pembuluh darah. Terminal retina terdiri dari 10 lapisan dan memiliki 3 lapisan sel saraf yaitu:

·         Lapisan sel kerucut dan sel batang 

Merupakan sel reseptor yang peka terhadap rangsangan cahaya, sehingga 
disebut fotoreseptor. Fotoreseptor terdiri atas 3 bagian:
1.Segmen luar, paling dekat dengan eksterior mata, menghadap ke koroid dan
mendeteksi rangsangan cahaya. 
2.Segmen dalam, terletak di pertengahan panjang fotoreseptor dan mengandung
perangkat metabolik sel. 
3.Terminal sinaps, paling dekat dengan interior mata menghadap ke neuron
bipolar dan menyalurkan sinyal yang dihasilkan fotoreseptor setelah mendapat
rangsangan cahaya yang bermacam-macam warna sel-sel berikutnya pada
jalur penglihatan. 

·         Lapisan sel-sel bipolar 
Axon-axon dari sel-sel batang dan kerucut mengadakan hubungan sinaptik dengan dendrite-dendrite di sel bipolar terutama di daerah sentral retina.
1 sel kerucut mengadakan hubungan sinaptik dengan satu sel bipolar, sejumlah sel batang mengadakan hubungan sinaptik dengan satu sel bipolar. Hubungan 1 sel kerucut dengan 1 sel bipolar tersebut memungkinkan penghantaran impuls-impuls yang timbul di dalam satu sel kerucut secara terpisah melalui serat nervus opticus. Oleh karena itu impuls-impuls tersebut pada akhirnya dapat diterima secara terpisah pula di dalam cortex area penglihatan, sehingga memungkinkan suatu penglihatan yang amat tajam. 


·         Lapisan sel-sel ganglion 
Axon-axon dari sel-sel bipolar mengadakan hubungan sinaptik dengan 
dendrite-dendrite dari sel-sel ganglion. Selanjutnya axon-axon dari sel ganglion
berkumpul pada permukaan sebelah dalam retina untuk membentuk suatu lapisan retina paling dalam. Stratum neurofibriarum nervus opticus, untuk selanjutnya meninggalkan retina dan keluar dari dinding dorsal bulbus oculi sebagai nervus opucus. 


II. FISIOLOGI 
Retina dilengkapi dengan suatu bahan kimia yang disebut rhodopsin atau zat 
warna penglihat yang berwarna merah-ungu. Cahaya yang jatuh pada retina
menyebabkan adanya perubahan kimiawi di dalam rhodopsin serta bahan-bahan lain yang terdapat di dalam sel kerucut dan sel batang. Rhodopsin, fotopigmen sel batang tidak dapat membedakan berbagai panjang gelombang spektrum cahaya. Pigmen tersebut menyerap semua panjang gelombang cahaya tampak, sehingga sel batang hanya memberi gambaran bayangan abu-abu apabila mendeteksi berbagai intensitas cahaya, tidak memberi warna. 
Foto pigmen di tiga jenis sel kerucut (sel kerucut merah, hijau dan biru) 
berespon secara selektif terhadap berbagai panjang gelombang cahaya,sehingga
penglihatan warna dapat terjadi. Sensasi dari setiap warna tertentu ditentukan oleh frekuensi relatif impuls dari ketiga sistem sel kerucut tersebut. Pigmen peka biru/gelombang pendek menyerap warna maksimum dari bagian biru-ungu spektrum. Pigmen peka hijau atau gelombang menengah menyerap warna maksimum di bagian hijau, dan pigmen peka merah atau gelombang panjang menyerap warna maksimum di bagian kuning, biru, merah, hijau adalah warna primer, tapi sel kerucut yang memiliki penyerapan maksimum di bagian kuning. Spektrum cukup peka pada bagian merah sehingga berespon terhadap cahaya merah dan ambang yang lebih rendah daripada cahaya hijau. 


III. PENGERTIAN 

Buta warna/kekurangan penglihatan warna adalah kemampuan penglihatan warna-warna yang tidak sempurna, di mana seseorang tidak atau kurang dapat membedakan beberapa warna dengan baik, dapat terjadi secara kongenital maupun didapat akibat penyakit tertentu. 

IV. PENYEBAB 

a.Kongenital, bersifat resesif terkait dengan kromosom X 
b.Didapat, bila ada kelainan pada makula dan saraf optik. 


V. PATOFISIOLOGI 
Mata yang sehat mempunyai beribu-ribu sel kerucut yang peka terhadap 
warna, sel kerucut ini kemudian menghantarkan rangsangan pada saraf optik yang seterusnya menyampaikan ke otak. Pada penderita buta warna beberapa sel kerucut tidak dapat menghantar isyarat warna dengan sempurna sehingga ia tidak mampu membedakan beberapa warna tertentu. 

Defek penglihatan dapat bersifat kongenital herediter maupun didapat: 
·         Defek penglihatan kongenital hampir selalu “merah-hijau” mengenai 8 % laki-laki  dan 0,5 % perempuan, mengenai kedua mata dan tingkat keparahannya setara atau sama antara kedua mata. Defek penglihatan kongenital bersifat resesif terkait kromosom X, tipe keparahannya konstan. 
·         Defek penglihatan didapat
Lebih sering pada warna biru-hijau dan mengenai semua jenis kelamin dengan insiden yang sama. Sering mengenai salah satu mata, di mana tipe dan 3keparahannya bervariasi, tergantung pada letak dan gambar patologi okuler yang biasanya dapat dilihat secara oftalmoskop. 

Defek penglihatan warna/buta warna dapat terjadi dalam bentuk: 

·         Trikromat 
Keadaan pasien punya 3 pigmen kerucut yang mengatur fungsi penglihatan. Pasien buta warna dapat melihat berbagai warna tapi dengan interpretasi berbeda daripada normal, bentuk yang paling sering ditemukan:
a)Protanomali (defisiensi warna merah) 
b)Deutranomali (defisiensi warna hijau) 
c)Tritanomali (defisiensi warna biru) 

·         Dikromat 
Hanya memiliki 2 pigmen kerucut dan mengakibatkan sukar membedakan 
warna tertentu.
a)Protanopia: keadaan yang paling sering ditemukan dengan cacat pada warna
merah, hijau. 
b)Dentranopia: tidak memiliki warna hijau. 
c)Tritanopia: kesukaran membedakan warna biru dari kuning. 
·         Monokromat/akromatopia
Hanya terdapat 1 pigmen kerucut .
VI. TANDA DAN GEJALA 
Tergantung dari jenis buta warna yang diderita, biasanya seseorang yang mengalami kekurangan penglihatan warna sering keliru dalam membedakan warna-warna tertentu dan juga mungkin tidak dapat melihat suatu warna dengan terang seperti orang normal. 

1.Dikromatik
a.Protanopia: penderita tidak dapat membedakan warna merah dan hijau karena
pigmen merah tidak ada. 
b.Dentranopia: penderita tidak dapat membedakan warna merah hijau karena
pigmen hijau tidak ada. 
c.Tritanopia: penderita tidak dapat membedakan warna biru-kuning karena
pigmen biru hilang. 

2.Trikromatik
Penderita memiliki 3 macam sel kerucut tapi salah satunya tidak berfungsi secara normal. Gejala analog dengan defek pada dikromatik. 

3.Monokromatik
Terdiri dari 2 bentuk walaupun keduanya tidak memiliki diskriminasi warna sama sekali. 

a.Monokromatik batang
Pengidap lahir tanpa sel kerucut yang berfungsi pada retina dengan gejala:
penurunan ketajaman penglihatan, tidak ada penglihatan warna, fotofobia dan
nistagmus. 

b.Monokromatik kerucut
Tidak memiliki diskriminasi cacat warna tapi ketajaman penglihatan normal,
tidak terdapat fotofobia dan nistagmus.

4.Monokromatik kerucut memiliki fotoreseptor kerucut tapi semua sel kerucut
mengandung pigmen penglihatan yang sama. 


VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG 

1.Oftalmoskop
Suatu alat dengan sistem pencahayaan khusus untuk melihat bagian dalam mata,
terutama retina dan struktur terkaitnya. 

2.Tes penglihatan warna
a.Uji ishihara
Dengan memakai sejumlah lempeng polikromatik yang berbintik, warna
primer dicetak di atas latar belakang mosaik bintik-bintik serupa dengan aneka
warna sekunder yang membingungkan, bintik-bintik primer disusun menurut
pola (angka atau bentuk geometrik) yang tidak dapat dikenali oleh pasien yang
kurang persepsi warna. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

tuli



A .Konsep dasar medis

a.Pengertian

Tuli Konduktif atau Conductive Hearing Loss (CHL) adalah jenis ketulian yang tidak dapat mendengar suara berfrekuensi rendah. Misalnya tidak dapat mendengar huruf U dari kata susu sehingga penderita mendengarnya ss. Biasanya gangguan ini “reversible” karena kelainannya terdapat di telinga luar dan telinga tengah. (Purnawan Junadi,dkk. 1997, hal. 238)

b.Etiologi

1.Kelainan bawaan (Kongenital)
Atresia liang telinga, hipoplasia telinga tengah, kelainan posisi tulang-tulang pendengaran dan otosklerosis.
Penyakit otosklerosis banyak ditemukan pada bangsa kulit putih
2.Gangguan pendengaran yang didapat, misl otitis media

c.Patofisiologi

Saat terjadi trauma akan menimbulkan suatu peradangan bias saja menimbulkan luka, nyeri kemudian terjadi penumpukan serumen atau otorrhea. Penumpukan serumen yang terjadi dapat mengakibatkan transmisi bunyi atau suara yang terganggu sehingga penderita tidak dapat mempersepsikan bunyi atau suara yang di dengarnya.

d.Manisfestasi Klinik

-rasa penuh pada telinga
-pembengkakan pada telinga bagian tengah dan luar
-rasa gatal
-trauma
-tinnitus

e.Penatalaksanaan

Liang telinga di bersihkan secara teratur. dapat diberikan larutan asam asetat 2-5 % dalam alcohol yang di teteskan ke liang teling atau salep anti jamur. Tes suara bisikan, Tes garputala

f.pemeriksaan diagnostic
Audiometri
°
X-ray
°


B.Konsep dasar keperawatan


a.Pengkajian
Riwayat : identitas pasien,
° riwayat adanya kelainan nyeri, infeksi saluran nafas atas yang berulang, riwayat infeksi
nyeri telinga
°
rasa penuh dan penurunan pendengaran
°
suhu meningkat
°
malaise
°
vertigo
°
Aktifitas terbatas
°
Takut menghadapi tindakan pembedahan.
°

b.Diagnosa Keperawatan

1.Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
2.Gangguan sensori / presepsi berhubungan dengan kerusakan pada telinga tengah
3.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
4.Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri, otore
5.Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan
6.Ansietas berhubungan dengan prosedur perubahan status kesehatan dan pengobatan


c.Intervensi Keperawatan

1.Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
Tujuan : Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada nyeri

1.kaji nyeri, lokasi,karasteristik, mulai timbul, frekuensi dan intensitas, gunakan tingkat ukuran nyeri
R/ : untuk mengukur tingkat/kualitas nyeri guna intervensi selanjutnya
2.ajarkan dan bantu dengan alternative teknik pengurangan nyeri (misalnya imajinasi, musik, relaksasi)
R/ : pengalihan perhatian dapat mengurangi nyeri
3.ubah posisi setiap 2 sampai 4 jam
R/ : posisi yang nyaman dapat membantu mengurangi tingkat nyeri.
4.berikan analgesik jika dipesankan
R/ : analgesic dapat mengurangi nyeri.

2.Gangguan sensori / persepsi berhubungan dengan kerusakan pada telinga tengah
Tujuan : Klien memperlihatkan persepsi pendengaran yang baik

1.Kaji tingkat gangguan persepsi pendengaran klien
R/ : untuk mengukur tingkat pendengaran pasien guna intervensi selanjutnya
2.Berbicara pada bagian sisi telinga yang baik
R/ : berbicara pada bagian sisi telinga yang baik dapat membatu klien dalam proses komunikasi
3.Bersihkan bagian telinga yang kotor
R/ : telinga yang bersih dapat membantu dalam proses pendengaran yang baik
4.Kolaborasi dengan dokter dengan tindakan pembedahan
R/: tindakan pembedahan dapat membatu klien memperoleh pendengaran yang baik


3.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas dengan baik

1.Kaji tingkat intoleransi klien
R/ : Untuk mengetahui tingkat aktivitas klien guna intervensi selanjutnya
2.Bantu klien untuk melakukan aktifitas sehari-hari
R/ : Bantuan terhadap aktifitas klien dapat mempermudah pemenuhan kebutuhan klien
3.Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas yang ringan
R/ : Aktivitas yang ringan dapat membantu mengurangi energy yang keluar
4.Libatkan keluarga untuk proses perawatan dan aktivitas klien
R/ : Keluarga memiliki peranan penting dalam aktifitas sehari-hari klien selama perawatan
5.Ajurkan klien untuk istirahat yang cukup
R/ : Istirahat yang cukup dapat mebantu meminimalkan pengeluaran energy.

4.Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri, otorrhea.
Tujuan : pola koping klien adekuat

1.Kaji tingkat koping klien terhadap penyakit yang dialaminya
R/ : Untuk mengetahui tingkat koping pasien terhadap penyakitnya guna intervensi selanjutnya.
2.Kaji tingkat pola koping keluarga terhadap penyakit yang dialami klien
R/ : Pola koping keluarga mempengaruhi koping pasien terhadap penykitnya
3.Berikan informasi yang adekuat mengenai penyakit yang dialami klien.
R/ : Informasi adekuat dapat memperbaiki koping pasien terhadap penyakitnya
4.Berikan motivasi kepada klien dalam menghadapi penyakitnya
R/ : Motivasi dapat membantu pasien dalam menghadapi penyakitnya dan menjalani pengobatan sehingga klien tidak merasa sendirian.
5.Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien.
R/ : Motivasi dari keluarga sangat membantu proses koping pasien.

5.Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan
Tujuan : klien dapat mengerti mengenai penyakitnya.

1.Kaji tingkat pendidikan klien
R/ : Untuk mengetahui tingkat pendidikan klien guna intervensi selanjutnya
2.Kaji tingkat pengetahuan klien tentang prognosis penyakitnya
R/ : untuk mengukur sejauh mana klien mengetahui tentang penyakitnya
3.Berikan informasi yang lengkap mengenai penyakit klien.
R/ : informasi yang lengkap dapat menambah pengetahuan klien sekaligus mengurangi tingkat kecemasa
4.Berikan informasi yang akurat jika klien membutuhkan informasi tentang penyakitnya.
R/ : pemberian informasi yang akurat dapat menambah informasi tentang penyakit yang dialami klien

6. Ansietas berhubungan dengan prosedur perubahan status kesehatan dan pengobatan
tujuan : klien memperlihatkan ekspresi wajah yang ceria.

1.kaji tingkat ansietas klien terhadap penyakitnya
R/ : untuk mengukur tingakt kecemasan klien terhadap penyakitnya guna implementasi selanjutnya.
2.Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya
R/ : sebagai tolak ukur untuk memberikan informasi selanjutnya mengenai penyakit yang di alaminya.
3.Berikan informasi klien tentang penyakitnya.
R/: Informasi yang adekuat dapat mengurangi kecemassan klien terhadap penyakitnya
4.Berikan dorongan pada klien dalam menghadapi penyakitnya.
R/: Dorongan yang adekuat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien sekaligus memberikan perhatian kepada klien.
5.Libatkan keluarga klien dalam proses pengobatan
R/: Keluarga klien memiliki peranan penting dalam proses penyembuhan dan menurunkan tingkat kecemasan klien.

d.Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat dengan menyesuaikan terhadap kondisi klien.

E.Evaluasi
1.Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada nyeri
2.Klien memperlihatkan persepsi pendengaran yang baik
3.Klien dapat melakukan aktivitas dengan baik
4.Pola koping klien adekuat
5.Klien dapat mengeti dengan penyakitnya
6.klien memperlihatkan ekspresi wajah yang ceria.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Askep Hipotiroid dan Hipertiroid



ANATOMI FISIOLOGI KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid dibungkus mengitari bagian depan dari trachea bagian atas, kelenjar ini terdiri dari 2 lobus dihubungkan oleh itsmus. Kelenjar ini diperdarahi dari arteri tiroid superior dan inferior. Tiroid terbentuk atas masa kosong yang berbentuk folikel. Setiap folikel mempunyai dinding satu sel tebal dan mengandung koloid seperti jeli.

Lapisan sel-sel folikel mempunyai kemampuan yang sangat besar dalam mengekstrasi iodin dari dalam darah dan menggabungkannya dengan tirosin asam amino, untuk membentuk suatu hormon tri-iodotironin (T3) aktif. Sebagian tiroksin yang kurang aktif juga dibentuk. Tiroksin (T4) diiubah menjadi tri-iodotironin (T3) di dalama tubuh. Senyawa ini dan intermediat tertentu disimpan dalam koloid dari folikel. Penyimpanan ini penting, karena iodin mungkin tidak terdapat didalam diet. Dimana dalam keadaan ini kelenjar tiroid akan membesar yang disebut Goiter

Mekanisme pembentukan hormon Tiroid
Pembentukan hormon tiroid dimulai dari aktivitas hipotalamus yang menghasilkan Thyroid Releasing Hormone (TRH). TRH akan menstimulasi Hipofisis anterior untuk menghasilkan Thyroid Stimulating Hormon (TSH). TSH akan menstimulasi pembentukan  T3 dan T4 dalam folikel dengan menggabungkan iodin dalam darah dan tirosin asam amino.
Pembentukan TSH dihambat oleh tingginya kadar hormon tiroid.
Hormon tiroid meningkatkan laju metabolik dari semua jaringan, mungkin dengan meningkatkan sintesa enzim pernafasan dalam sel.

GANGGUAN PADA THYROID
Terdapat 3 kelainan tiroid :
  1. Pembesaran tiroid (goiter)
  2. Hipotiroid
  3. Hpertiroid
Goiter
Merupakan pembesaran pada tiroid karena suatu keadaan tertentu.
Etiologi dari goiter antara lain adalah  adalah defisiensi yodium atau gangguan kimia intra tiroid. Akibat gangguan ini kapasitas kelenjar tiroid untuk mensekresikan tiroksin terganggu, mengakibatkan peningkatan kadar TSH dan hiperplasian serta hipertrofi folikel-folikel tiroid.




Hipotiroid
Merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada dibawah nilai optimal.
Hipotiroid dibagi menjadi 3 tipe:
  • Hipotiroid primer : kerusakan pada kelenjar tiroid
  • Hipotiroid sekunder: akibat defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis
  • Hipotiroid Tersier : Akibat defiensi sekresi TRH oleh hipotalamus

Etiologi
         Hipothyroid primer
        Kelainan kongenital (cretinisme)
        Kelainan sintesis hormone
        Defisiensi iodine prenatal dan postnatal
        Obat-obat antithyroid
        Terapi pembedahan atau radioaktif pada hyperthyroid
         Hipothyroid sekunder (kelainan pituitari)
        Penurunan stimulasi normal kelenjar thyroid, akibat malfungsi hipofise.
         Hipothyroid tertier (kelainan hipothalamus)
        Hipotalamus gagal memproduksi TRH sehingga sekresi TSH menjadi rendah.

Patofisiologi
         Kelenjar thyroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan sekresi hormone thyroid.
         Produksi hormon thyroid tergantung sekresi TSH oleh hipofise anterior dan ingesti iodine yang adekuat.
         Hipotalamus juga mengatur sekresi TSH melalui sistem feedback negative.
         Jika seseorang kekurangan diet iodine atau produksi hormon thyroid terhambat, maka akan terjadi pembesaran thyroid untuk mengkompensasi defisiensi hormonal.
         Pembesaran kelnjar thyroid juga sebagai respon terhadap peningkatan TSH.

Manifestasi Klinis
  • Kardiovaskuler :
        Penurunan HR + penurunan SV = penurunan CO
        Kebutuhan oksigen miokardium menurun
        Peningkatan tahanan vaskuler perifer
        Hiperlipidemia
        Hiperkolestrolemia
  • Hematologi :
        Anemia
  • Pernapasan :
        Penurunan transportasi oksigen
        Hiperkapnea
        Kelemahan otot pernapasan
        Dyspnea
  • Ginjal :
        Retensi cairan
        Penurunan output urine
        Hiponatremi dilusi
        Penurunan produksi eritropoetin
         Gasterointestinal :
        Penurunan peristaltik
        Anoreksia
        Peningkatan BB
        Konstipasi
        Penurunan metabolisme protein
        Peningkatan lipid serum
        Uptake glukosa lambat
        absorbsi glukosa lambat
         Muskuloskeletal :
        Nyeri yang berpindah-pindah
        Kejang otot
        Pergerakan lambat
        Peningkatan densitas tulang
        Penurunan pembentukan tulang
         Integumen :
        Kulit kering dan bersisik
        Rambut mudah dicabut
        Kuku kaku
        Edema periorbital
        Tidak tahan terhadap dingin
         Endokrine :
        Thyroid membesar atau normal
         Neurologi :
        Penurunan refleks tendon
        Fatigue
        Somnolen
        Bicara lambat
        Apati, depresi, paranoia
        Gangguan memori jangka pendek
        Letargi
         Reproduksi :
        Wanita : menorragia, anovulasi, mensturasi tidak teratur, penurunan libido
        Pria : penurunan libido, impoten.
         Lain-lain : 
        mixedema. (Penurunan kecepatan metabolisme drastis, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratori, hipotermi, dan hipotensi)

Asuhan Keperawatan
  • Pengkajian
        Tentukan  adanya tanda-tanda yang menunjukkan penurunan kecepatan metabolisme.
        Kaji riwayat diet, khususnya intake iodine.
        Tanyakan adanya riwayat pengobatan hiperthyroid sebelumnya seperti pembedahan atau radioaktif iodine atau obat antithyroid.
        Observasi tanda-tanda hipothyroid.
  • Masalah Keperawatan.
1.      Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh s.d. penurunan metabolisme tubuh.
Implementasi : Diet rendah kalori hingga berat badan stabil atau ideal.
2.      Intoleransi aktifitas s.d. kelemahan dan apati, sekunder penurunan kecepatan metabolisme.
Implementasi :
         Batasi aktifitas.
         Tingkatkan aktifitas fisik dan mental secara bertahap, bila telah memperoleh hormone thyroid.
3.      Konstipasi s.d. penurunan peristaltik.
Implementasi
         Dorong untuk lebih banyak aktifitas
         Berikan minum 6-8 gelas air setiap hari
         Tingkatkan diet tinggi serat : buah-buahan segar, sayuran, dll.
         Stool softener
4.      Resiko tinggi gangguan integritas kulit s.d. edema dan kulit kering
Implementasi :
         Monitor sakrum, cocyx, skapula, daerah tertekan lain terhadap kerusakan jaringan.
         Rubah posisi secara teratur
         Tempatkan pada tempat tidur dengan penekanan minimal.
5.      Hipotermia s.d. penurunan kecepatan metabolisme
Implementasi :
         Tempatkan pada lingkungan yang nyaman dan hangat.
         Bila perlu, selimut ekstra atau penghangat



Hipertiroid
Respon jaringan tubuh terhadap pengaruh  metabolic hormone tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau  akibat asupan tiroid yang berlebihan.
Thyrotoksikosis adalah manifestasi klinik yang terjadi bila jaringan tubuh dirangsang oleh peningkatan hormon thyroid.

 Patofisiologi
         Hiperthyroid ditandai oleh kontro regulasi normal hormon thyroid ¯, menyebabkan ­ hormon thyroid, mengakibatkan hipermetabolisme dan ­  aktifitas sistem saraf simpatik.
         Jumlah hormon thyroid merangsang sistem jantung dan ­  jumlah reseptor andrenergik, menyebabkan tachicardi dan ­  CO, SV, aliran darah perifer.
         Metabolisme meningkat tajam, menyebabkan balance nitrogen negatif, ¯  lipid dan status nutrisi ¯ .

 Manifestasi Klinik
  • Kardiovaskuler :
        Peningkatan HR + peningkatan SV = peningkatan CO
        Peningkatan konsumsi oksigen
        TD sistolik meningkat 10-15 mmHg
        TD diastolik meningkat 10-15 mmHg
        Palpitasi
        Nadi cepat dan kuat
        Kemungkinan CHF dan edema
  • Pernapasan :
        Peningkatan kecepatan dan kedalaman pernapasan
        Napas pendek
  • Ginjal :
        Retensi cairan
        Output urine menurun
  • Gasterointestinal :
        Peningkatan peristaltik
        Peningkatan nafsu makan
        Berat badan menurun
        Diare
        Peningkatan penggunaan protein jaringan
        Penurunan serum lipid
        Peningkatan sekresi gasterointestinal, muntah, nyeri abdomen
  • Muskuloskeletal :
        Balance nitrogen negatif
        Malnutrisi
        Fatigue
        Kelemahan otot
        Gangguan koordinasi dan tremor
  • Integumen :
        peningkatan keringat
        Kulit lembab
        Warna kulit kemerahan
        Rambut : lembut dan mudah dicabut
        Tidak tahan terhadap panas
  • Endokrin : pembesaran thyroid
  • Neurologi :
        Peningkatan refleks tendon
        Tremor halus
        Nervous, kelalahan
        Emosi tidak stabil : kecemasan, kawatir dan paranoia
  • Reproduksi :
        Wanita : amenore, mensturasi tidak teratur, penurunan fertilitas, kecenderungan abortus spontan.
        Laki-laki : impoten, poenurunan libido, penurunan perkembangan seksual sekunder
  • Lain-lain : exopthalmus.

Pemeriksaan penunjang :
  • TRH menurun
  • TSH menurun
  • T4 meningkat
  • T3 meningkat

Asuhan Keperawatan
  • Pengkajian
Aktifitas / Istirahat
S : insomnia, sensitifitas meningkat, otot lemah.
O : atrofi otot

Eliminasi :
S : Peningkatan urine, perubahan feces, diare.
Integritas ego :
S : mengalami stres fisik atau emosional
O : emosi labil (euphoria sampai delirium), depresi
Pernapasan :
O : peningkatan frekuensi napas, tachipnea, dispnea, edema paru.
Keamanan :
S   : tidak tahan terhadap panas, keringat berlebihan.
O : suhu tubuh meningkat, diaporesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, exopthalmus.
Seksualitas :
S : penurunan libido, hipermenore, amenore, impoten.

  • Diagnosa Keperawatan
1.      Perubahan nutrisi  : kurang dari kebutuhan tubuh s.d. peningkatan kecepatan metabolisme
Implementasi :
        Diet tinggi kalori, tinggi protein. (4000-5000 kalori dengan tinggi protein).
        Makan 6 kali porsi besar
        Hindari makan yang meningkatkan peristaltik
        Timbang berat badan setiap hari, laporkan bila terjadi penurunan 2 kg/hari
        Suplemen vitamin B Compleks

2.      Intoleransi aktifitas s.d. kelelahan sekunder peningkatan kecepatan metabolisme
Implementasi :
        Tempatkan lingkungan yang meningkatkan istirahat fisik dan mental
        Bantu klien rileks
        Batasi pengunjung dan (private room)

3.      Resiko injuri : ulserasi kornea, infeksi dan kebutaan s.d. ketidakmampuan menutup mata sekunder ekxopthalmus
Implementasi :
        Instruksikan untuk memakai kaca mata gelap
        Batasi intake garam
        Penggunaan diuretik, glukokortokoid, mwthylcellulose 0,25%.


4.      Hipertemia s.d. peningkatan kecepatan metabolisme
Implementasi :
        Tempatkan di lingkungan dingin
        Gunakan sprei tipis
        Ganti sprei sesering mungkin.
Asuhan Keperawatan Hipotiroid
1.      Definisi
Hipotiroidime merujuk pada kondisi yang dikarakteristikakan oleh tak disekresikannya hormon-hormon tiroid. Ini dimanifestasikan dengan pelambatan semua fungsi tubuh dan mental secara umum (Barbara:568).
Hipotiroidime merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjdai akibat kadar hormon tiroid dibawah nilai optimal (Brunner&Suddarth:1299).
Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan hormon-hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999)
2. Tipe Ada beberapa tipe hipotiroidime :
a. Hipotiroidime primer (tiroidal)
Hipotiroidime primer (tiroidal) ini mengacu kepada difungsi kelenjer tiroid itu sendiri. Lebih dari 95% penderita hipotiroidime mengalami hipotiroidime tipe ini.
b. Hipotiroidime sentral (hipotiroidime sekunder/pituitaria)
Adalah disfungsi tiroide yang disebabkan oleh kelenjer hipofisis, hipolatamus, atau keduanya.
c. Hipotiroidime tertier (hipotalamus)
Ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TSH tidak adikuat aktibat penurunan stimulasi TRH.
d. Kretinisme
Adalah difisiensi tiroid yang diderita saat lahir. Pada keadaan ini, ibu mungkin juga menderita difisiensi tiroid.
e. Miksedema
Adalah penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan supkutan dan intersisial lainnya. Meskipun meksedema terjadi pada hipotiroidime yang sudah berlangsung lama dan bera, istilah tersebut hanya dapat digunakan untuk menyatakan gejala ekstrim pada hipotiroidime yang berat (Brunner&Suddarth:1300).
3. Etiologi
Penyebab hipotiroidime yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah tiroiditis otoimun (tiroiditis hashimoto), dimana sistem imun menyerang kelenjer tiroid. Gejala hipertiroidime dan kemudian dapat diikuti oleh gejala hipotiroidime dan miksedema.
Hipotiroidime juga sering terjadi pada pasien dengan riwayat hipertiroidime yang mengalami terapi radioiodium, pembedahan, atau preparat antitiroid. Kejadian ini paling sering ditemukan pada wanita lanjut usia. Terapi radiasi untuk penanganan kanker kepala dan leher kini semakin sering menjadi penyebab hipotiroidime pada lansia laki-laki. Karena itu, pemeriksaan fungsi tiroid diajurkan bagi semua pasien yang menjalani terapi tersebut (Brunner&Suddarth:1300).
Penyebab hipotiroidime yang lain :
a. Tiroidtis limfositik kronik (tiroiditis hashimoto)
b. Atrofi kelenjer tiroid yang menyertai proses penuaan
c. Terapi untuk hipertiroidime:
1) Lodium redioaktif
2) tiroidektomi
d. Obat-obatan:
1) Litium
2) Senyawa iodium
e. Radiasi pada kepala dan leher untuk penanganan kenker kepala dan leher, limfoma
f. Penyakit infiltratif pada tiroid (amiloidosis,skleroderma)
g. Defisiensi dan kelebihan iodium
(Brunner&Suddarth:1300)
4. Tanda dan gejala
Tanda dan Gejala lain nya :
• rasa capek
• intoleransi trhadap dingin
• kulit terasa kering
• bicara lamban
• muka seperti bengkak
• rambut alis mata lateral rontok
• dimensia
• dispnea
• suara serak
• otot lembek
• depresi • obtipasi
• edema ekstremitas
• kesemutan pendenagaran kurang
• anoreksia
• nervositas
• kuku mudah patah
• nyeri otot
• menorrahgia
• nyeri sendi
• angina pektoris
• dismenore
• eksolfamos
Tanda klinik
• kulit kering
• gerak lamban
• edema wajah
• kulit dingin
• fase relaksasi refleks acchilles menurun
• biacara lamban
• lidah tebal • suara serak
• kulit pucat
• otot lembek, kurang kuat
• obesitas
• endema ferifer
• bradikardi
• suhu rendah

5.Manifestasi Klinis
• Edema periorbita
• wajah seperti bulan ( moon face ) wajah kasar
• suara serak
• pembesaran leher
• lidah tebal
• sensitifitas terhadap opioid dan transkuilizer meningkat
• ekspresi wajah kosong, lemah
• haluan urine menurun
• anemi
• mudah berdarah
6. Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.( Hotma Rumahorbo,1999)
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan T3 dan T4 serum
è Jika kadar TSH meningkat, maka T3 dan T4 menurun sehingga terjadi hipotiroid
2. Pemeriksaan TSH
è Diproduksi kelenjar hipofise merangsang kelenjar tiroid untuk membuat dan mengeluarkan hormon tiroid. Saat kadar hormon tiroid menurun, maka TSH akan menurun. Pemeriksaan TSH menggunakan uji sensitif merupakan scirining awal yang direkomendasikan saat dicurigai penyakit tiroid. Dengan mengetahui kadar TSH, maka dapat dibedakan anatara pasien hipotiroid,hipertiroid dan orang normal. Pada dasar nya TSH nrmal dapat menyingkirkan penyakit tiroid primer.
è Kadar TSH meningkat sehingga terjadi hipotiroid.
3. Pemeriksaan USG dan scan tiroid
è Memberikan informasi yang tepat tentang ukuran serta bentuk kelenjar tiroid dan nodul.
(Hotma Rumahorbo, 1999)
8. Pentalaksanaan
Tujuan primer penatalaksaan hipotioidisme adalah memulihkan metabolisme pasien kembali kepada keadaan metabolik normal dengan cara mengganti hormon yang hilang. Levotiroksin sintetik (Synthroid atau Levothroid) merupakan preparat terpilih untuk pengobatan hipotiroidisme dan supresi penyakit goiter nontoksik.
Yang perlu diperhatikan adalah :
a. Dosis awal
b. Cara menaikan dosis tiroksin
Tujuan pengobatannya :
a. Meringankan keluhan dan gejala
b. Menormalkan metabolisme
c. Menormalkan TSH
d. Membuat T3 dan T4 normal
e. Menghindari komplikasi dan resiko
Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksakanan subsitusi:
a. Makin berat hipotiroidisme, makin rendah dosisi awal dan makin landai meningkatan dosis.
b. Geriatri dengan angina pektoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati-hati.
Tiroksin dianjurkan minum pagi hari dalam keadaan peru kosong dan tidak bersama bahan lain yang menggangu serapan usus. Contohnya pada penyakit sindrom malabsorsi, short bowel sindrome, sirosis, obat (sukralfat, alluminium hidroksida, kolestiramin, formula kedele, sulfat, ferosus, kalsium kalbronat dll) ( Aru W. sudoyo:1939).
Penatalaksanaan medis umum lainnya :
a. Farmakoligi:
- Penggantian hormon tiroid seperti natrium levotiroksin(synthoroid), natrium liotironin (cytomel).
b. Diet rendah kalori (Barbara Endang:569)

ASUHAN KEPERAWATAN
HIPOTIROID
1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dll.
b. Keluhan utama : sesak nafas, sulit menelan, pembengkakan pada leher, pasien nampak gelisah, tidak mau makan
c. Riwayat kesehatan sekarang :
- rasa capek
- intoleransi terhadap dingin
- kulit terasa kering
- bicara lamban
- dimensia
- dispnea
- suara serak
- sulit menelan
- gangguan haid : menorrhagia dan amenore
- rambut rontok dan menipis
- kulit tebal karena penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan sub cutan
- pasien sering mengeluh dingin walaupun dalam keadaan hangat
d. riwayat kesehatan dahulu :
- riwayat hipertiroidime yang mengalami terapi radioiodium
- riwayat pembedahan atau preparat antitiroid
- riwayat Penyakit infiltratif pada tiroid
- riwayat kekurangan iodium
e. riwayat kesehatan keluarga :
- tidak ada anggota keluarga yang sakit.
f. Pemeriksaan fisik:
1. Sistem integumen seperti kulit dingin, pucat , kering, bersisik dan menebal,pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok dan pertumbuhannya rontok.
2. Sistem pulmonari seperti hipoventilasi, pleural efusi, dispnea
3. Sistem kardiovaskular seperti bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi terhadap aktifitas menurun, hipotensi.
4. Metabolik seperti penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin.
5. Sistem muskuloskeletal seperti nyeri otot, kontraksi dan reaksasi otot yang melambat.
6. Sistem neurologi seperti fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung, hilang pendengaran, parastesia, penurunan refleks tendom.
7. Gastrointestinal seperti aanoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi abdomen.
8. Sistem reproduksi, pada wanita: perubahan menstruasi seperti amenore atau masa menstruasi yang memanjang, infertilitas, onovulasi dan penurunan libido. Pada pria: penurunan libidi dan impotensia.
9. Psikologis dan emosional ; apatis, igitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku maniak(Hetma:52).
g. Pemeriksaan Penunjang :
- T3 dan T4 serum
Jika kadar TSH meningkat, maka T3 dan T4 menurun sehingga terjadi hipotiroid
- Pemeriksaan TSH
Saat kadar hormon tiroid menurun, maka TSH akan menurun. Pemeriksaan TSH menggunakan uji sensitif merupakan scirining awal yang direkomendasikan saat dicurigai penyakit tiroid. Dengan mengetahui kadar TSH, maka dapat dibedakan anatara pasien hipotiroid,hipertiroid dan orang normal. Pada dasar nya TSH nrmal dapat menyingkirkan penyakit tiroid.
Kadar TSH meningkat sehingga terjadi hipotiroid.
- Pemeriksaan USG
Memberikan informasi yang tepat tentang ukuran serta bentuk kelenjar tiroid dan nodul.
h. Analisa data:
1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d gangguan transmisi impus sensorik sebagai akibat oftalmopati
Data yang didapat : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung, hilang pendengaran, parastesia, penurunan refleks tendom.
2. Penurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi, hipotensi.
Data yang didapat : bradikardi
Disritmia
Pembesaran jantung
Hipotensi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan kebutuhan metabolisme, napsu makan menurun.
Data yang didapat : anoreksia
Obtipasi
Distensi abdomen
Hemoglobin menurun
Dingin,pucat,kering,bersisik dan menebal
Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
4. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan tenaga/ kelelahan, ekspansi paru yang menurun, dispnea.
Data yang didapat : hipoventilasi
Dispnea
Efusi pleural


2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d gangguan transmisi impus sensorik sebagai akibat oftalmopati
2. Penurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi, hipoventilasi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan kebutuhan metabolisme: napsu makan menurun.

3. INTERVENSI
Dx 1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d gangguan transmisi impus sensorik sebagai akibat oftalmopati
Tujuan : klien tidak mnegalami penurunan visus yang lebih buruk dan tidak terjadi trauma/cedera pada mata
Intervensi ;
1. Anjurkan pada klien bila tidur dengan posisi elevasi kepala
2. Basahi mata dengan borwater steril
3. Jika ada photophobia, anjurkan klien mengguanakan kacamata rayben
4. Jika klien tidak dapat menutup mata rapat pada saat tidur, gunakan plester non alergi
5. Berikan obat-obatan steroid sesuai program. Pada kasus-kasus yang berat, biasanya dokter memberikan oabat-obat untuk mengurangi edema seperti steroid dan diuretik.
Dx 2. Penurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi, hipoventilasi.
Tujuan : fungsi kardiovaskuler tetap optimal ditandai dengan tekanan darah,irama jantung dalam batas normal.
Intervensi :
1. Pantau tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam untuk mengindikasi kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik jantung seperti hipotensi, penurunan haluaran urine dan perubahan status mental.
2. Anjurkan klien untuk memberitahu perawat segera bila klien mengalami nyeri dada, karena pada klien dengan hipotiroid kronik dapat berkembang arteiosklerosis arteri koronaria.
3. Kolaboras pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejal-gejal.
Oabat yang sering diguanakn adalah levotyroxine sodium.
Observasi dengan ketat adanya nyeri dada dan dispnea. Pada dosis awal pemebrian obat biasanya dokter memberikan dosis minimal yang ditingkatkan secara bertahap setiap 2 – 3 minggu sampai diemukan dosis yang tepat untuk pemeliharaan.
4. Ajarkan kepada klien dan keluarga cara pengguaan obat serta tanda-tanda yang harus diwaspai bila terjadi hipertiroid akiabt penggunaan oabt yang berlebihan.
Dx 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan kebutuhan metabolisme: napsu makan menurun.
Tujuan : nutrisi klien dapat terpenuhi dengan kriteria : berat badan bertambah,tekstur kulit baik.
Intervensi :
1. Dorong peningkatan asupan cairan
2. Berikan makanan yang kaya akan serat
3. Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.
4. Pantau fungsi usus
5. Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
6. Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan
4. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan keperawatan merupakan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah dirumuskan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dengan menggunakan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien. Dalam melaksanakan keperawatan, haruslah dilibatkan tim kesehatan lain dalam tindakan kolaborasi yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan serta berdasarkan atas ketentuan rumah sakit.
5. EVALUASI
tingkat keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Dari rumusan seluruh rencana keperawatan serta impelementasinya, maka pada tahap evaluasi ini akan difokuskan pada :
1. Apakah jalan nafas pasien efektif?
2.Apakah pasien telah mengerti tentang proses penyakitnya serta tindakan perawatan dan pengobatannya?
3. Apakah kebutuhan nutrisi pasien telah terpenuhi?
4. apakah tekanan darah, detak dan irama jantung pasien normal?
5. apakah integritas kulit pasien baik?


I.Pengertian
a. Hipertiroid
-  Pengeluaran hormone tiroid yang berlebihan diperkirakan terjadi akibat   stimulasi abnormal kelenjar tiroid oleh immunoglobulin dalam darah
-  Hipertiroidi ialah sekresi hormone tiroid yang berlebihan, dimanifestasikan melalui peningkatan metabolisme.

b.Hipotiroidisme
-  Hipotiroidisme ialah sekresi tiroid yang tidak adekuat selama perkembangan janin dan neonatus yang nantinya akan menghambat pertumbuhan fisik dan mental (kretinisme), karena penekanan aktivitas metabolic tubuh secara umum.Pada orang dewasa hipotiroidisme memiliki gambaran klinik berupa letargi,proses berfikir yang lambat dan perlambatan fungsi yang menyeluruh
- Keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh tanda-tanda kegagalan tiroid.


II. Etiologi
a. Hipertiroid
Tiroiditis dan penggunaan hormone tiroid yang berlebihan

b. Hipotiroid
Tiroiditis autoimun (tiroiditis Hashimoto), dimana system imun menyerang kelenjar tiroid.


Tipe
  1. hipotiroidisme primer  : atau tiroidal yang mengacu pada disfungsi kelenjar tiroid
  2. Hipotiroidisme sentral : disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus
  3. Hipotiroidisme sekunder / pituitaria : sepenuhnya oleh kelainan hipofisis
  4. Hipotiroidisne tertier   : kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TSH tidah adekuat atau penurunan TRH


III. Patofisiologi
  1. Hipotiroid

Kelainan hipotalamus       Hipertiroidisme     ibu penderita       Tiroiditis autoimun
defisiensi tiroid






stimulasi TRH      Terapi pembedahan                          Sistem imun merangsang
preparat antitiroid                                kelenjar tiroid






















Sekresi TSH tidak                 sekresi TSH
adekuat






Hipotiroid









  1. Hipertiroid

Penyakit Grave           Tiroiditis          Golter multinodular toksik         Tumor






































Merangsang              Bakteri,jamur,                autoimun tiroid           Kadar TSH
aktivitas tiroid                parasit



























Inflamasi pada
kelenjar tiroid

















masuk aliran darah






hipertiroidisme



IV. Manifestasi Klinis
  1. Hipertiroid
    1. Gelisah (peka rangsang berlebihan dengan emosional), mudah marah, ketakutan, tidak dapat duduk dengan tenang, menderita karena palpitasi, nadi cepat dalam istirahat dan latihan.
    2. Toleransi terhadap panas buruk dan banyak berkeringat, kulit kemerahan dan mudah menjadi lunak,hangat dan lembab.
    3. Pasien lansia mungkin mengeluhkan kulit kering gatal-gatal menyebar
    4. Mungkin teramati tremor halus tangan
    5. Mungkin menunjukkan eksoftalmus
    6. Gejala lain mencangkup peningkatan nafsu makan dan masukan diet, penurunan berat badan progresif,otot secara abnormal mudah letih, kelemahan,amenore, dan perubahan fungsi usus (diare)
    7. Kisaran nadi antara 90 dan 100 kali permenit, tekanan darah sistolik (bukan diastolic) meningkat.
    8. Mungkin terjadi fibrilasi atrium dan dekompensasi jantung dalam bentuk gagal jantung kongestif, terutama pada pasien lansia.
    9. Osteoporosis dan fraktur
10.  Penyekit dapat ringan dengan eksaserbasi dan remisi, berakhir dengan pemulihan spontan dalam beberapa bulan atau tahun
11.  Mungkin berkembang perilaku tidak mempunyai belas kasihan kelompok menyebabkan tubuh kurus, sangat gelisah, delirium,disorientasi, akhirnya gagal jantung
12.  Gelisah dapat disebabkan oleh pemberian hormone tiroid yang berlebihan untuk mengobati hipertiroidisme


  1. Hipotiroid
Gejala dini hipotiroid tidak spesifik, namun terdapat tanda-tanda dan gejala yang meliputi:
  1. Kelelahan yang ekstrim
  2. Kerontokan rambut
  3. Kuku rapuh
  4. kulit kering
  5. rasa baal
  6. parestasia pada jari-jari tangan
  7. suara kasar atau parau
  8. gangguan haid (menoragia atau menorrhea) disamping hilangnya libido

Pada hipotiroid berat mengakibatkan:
  1. suhu tubuh dan frekuensi nadi subnormal
  2. kenaikan berat badan
  3. kulit menjadi tebal
  4. rambut menipis dan rontok
  5. wajah tampak tanpa ekspresi dan mirip topeng
  6. rasa dingin meski lingkungan hangat
  7. apatis
  8. konstipasi
  9. kenaikan kadar kolesterol serum, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, fungsi ventrikel kiri jelek.
Pada hipotiroidisme lanjut dapat menyebabkan dimensia disertai perubahan kognitif dan kepribadian yang khas.Respirasi dan apnea dapat terjadi.Serta efusi pleura dan efusi pericardial.
Koma miksedema menggambarkan stadium hipotiroidisme yang paling ekstrim dan berat, dimana pasien mengalami hipotermi dan tak sadarkan diri.


V. Komplikasi
a. Hipertiroid
Terjadi krisis tirotoksik (tyroid storm)

b. Hipotiroid
1. Meningkatkan kolesterol
2. Iskemia / infark miokard


VI. Pemeriksaan Penunjang
a. Hipertiroidisme
|  T4 Serum
Ditemukan peningkatan T4 serum pada hipertiroid.T4 serum normal antara 4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5 hingga 150 nmol/L).Kadar T4 serum merupakan tanda yang akurat untuk menunjukkan adanya hipertiroid.
|  T3 Serum
Kadar T3 serum biasanya meningkat.Normal T3 serum adalah 70-220 mg/dl (1,15 hingga 3,10 nmol/L).


|  Tes T3 Ambilan Resin
Pada hipertiroid, ambilan T3 lebih besar dari 35% (meningkat).Normal ambilan t3 ialah 25% hingga 35% (fraksi ambilan relative: 0,25 hingga 0,35).
|  Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormon)
Pada hipertiroid ditemukan kenaikan kadar TSH serum
|  Tes TRH (Thyrotropin Releasing Hormon)
Tes TRH akan sangat berguna bila Tes T3 dan T4 tidak dapat dianalisa.Pada hipertiroidisme akan ditemukan penurunan kadar TRH serum.
|  Tiroslobulin
Pemeriksaan Tiroslobulin melalui pemeriksaan radio immunoassay.Kadar tiroslobulin meningkat pada hipertiroid.

b. Hipotiroidisme
|  T4 Serum
Penentuan T4 serum dengan tekhnik radio immunoassay pada hipotiroid ditemukan kadar T4 serum normal sampai rendah.Normal kadar T4 serum diantara 4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5 hinnga 150 nmol/L)
|  T3 Serum
Kadar T3 serum biasanya dalam keadaan normal-rendah.Normal kadar T3 serum adalah 70 hingga 220 mg/dl (1,15 hingga 3,10 nmol/L)
|  Tes T3 Ambilan Resin
Pada hipotiroidisme, maka hasil tesnya kurang dari 25% (0,25)
|  Tes TRH (Thyrotropin Releasing Hormon)
Pada hipotiroid yang disebabkan oleh keadaan kelenjar tiroid maka akan ditemukan peningkatan kadar TSH serum.


VII. Penatalaksanaan
a. Hipertiroidisme
Tidak ada pengobatan yang ditujukan untuk menghilangkan gejala penatalaksanaan bergantung pada etiologi hipertiroidisme.
  1. Farmakologi terapi dengan obat antihipertiroid.
  2. Iridasi termasuk pemberian      I  atau       I  untuk mendapatkan efek destruksi pada kelenjar tiroid
  3. Pembedahan dengan pengangkatan sebagian besar kelenjar tiroid

Farmakoterapi
  1. Tujuan farmakoterapi untuk menghambat pelepasan atau sintetis hormone
  2. Pengobatan yang paling umum digunakan adalah propitiourasil (propacil, PTU), atau metimazol (tapazole)
  3. Tetapkan dosis rumatan, diikuti dengan penghentian obatan secara bertyahap selama beberapa bulan.
  4. Obat anti tiroid merupakan kontraindikasi pada kehamilan akhir, resiko untuk gondokkan dan kretinisme pada janin.

Agen Beta-Adrenergik
  1. Mungkin digunakan untuk mengontrol efek saraf simpatis yang terjadi pada hipertiroidisme.
  2. Propandol digunakan untuk kegelisahan, takikardi, tremor, ansietas, dan intoleransi panas

Radioaktif Iodin (     I)
  1. I diberikan untuk menghancurkan sel-sel tiroid yang overaktif .
  2. I merupakan kontraindikasi dalam kehamilan dan ibu menyusui karena radio iodine menembus plasenta dan sekresikan ke dalam ASI.

b. Hipotiroid
Tujuan primer penatalalaksanaan hipotiroidisme ialah memulihkan metabolisme pasien kembali kepada keadaan metabolic normal, dengan cara mengganti hormone yang hilang.Livotiroksin sintetik (Synthroid atau levothroid) merupakan preparat terpilih untuk pengobatan hipotiroidisme dan supresi penyakit goiter nontoksik.Dosis terapi penggantian hormonal berdasarkan pada konsentrasi TSH  dalam serum pasien.Preparat tiroid yang dikeringkan jarang digunakan karena sering menyebabkan kenaikan sementara konsentrasi T3 dan kadang-kadang disertai dengan gejala hipertiroidisme.
Hal-hal yang bisa dilakukan pada pasien dengan hipotiroid antara lain:
|  pemeliharaan fungsi vital
|  gas darah arteri
|  pemberian cairan dilakukan dengan hati-hati karena bahaya intoksikasi air.
|  infus larutan glukosa pekat
|  terapi kortikosteroid


Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertiroidme


I. Pengkajian
a.  Aktivitas / istirahat
Gejala     : insomnia, sensitivitas meningkat,otot lemah,gangguan koordinasi,
Kelelahan berat.
Tanda     : atropi otot

b. Sirkulasi
Gejala     : palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda     : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan
tekanan darah, takikardia, sirkulasi kolaps, syok.

c. Eliminasi
Gejala     : urin dalam jumlah banyak, diare.

d. Intregitas Ego
Gejala     : mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik.
Tanda     : emosi labil, depresi.

e. Makanan / Cairan
Gejala     : kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat,
makan banyak, kehausan, mual, dan muntah
Tanda     : pembesaran tiroid, edema non – fitting

f. Pernapasan
Tanda     : frekuensi pernapasan meningkat, takipnea, dispnea

g. Seksualitas
Tanda  : penurunan libido,hipomenorea,amenore, dan impotent



II. Diagnosa Keperawatan
  1. Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan beban kerja jantung
  2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.
  3. Perubahan suhu tubuh hipertemi berhubungan dengan status hipermetabolik sekunder terhadap hiperaktivitas kelenjar tiroid.
  4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan sekunder akibat laju metabolic.


III. Intervensi
1. Diagnosa  I        : Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan beban kerja jantung
Tujuan               : Klien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat
KH                   : Tidak terjadi penurunan curah jantung/ curah jantung adekuat.
Intervensi          :
œ Kaji tanda-tanda vital
œ Kaji intake – output cairan dan membrane mukosa kering
œ Kaji pengisian kapiler
œ Timbang berat badan setiap hari
œ Anjurkan untuk tirah baring
œ Batasi aktivitas yang tidak perlu


2. Diagnosa II       : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
Tujuan             : Klien dapat mempertahankan intake nutrisi yang adekuat
sesuai diet makanan
KH                  : – Berat badan stabil
- Tidak adanya tanda-tanda malnutrisi
Intervensi        :
œ Kaji bising usus
œ Kaji pola nutrisi
œ Kaji adanya anoreksia, mual,muntah
œ Berikan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna
œ Hindari makanan yang dapat meningkatan peristaltic usus
œ Timbang berat badan setiap hari


3. Diagnosa III      : Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik sekunder terhadap hiperaktifitas kelenjar tiroid
Tujuan             : Klien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
(36-37  C)
KH                  : Penurunan suhu tubuh sampai batas normal (36- 37  C)
Intervensi        :
œ Kaji tanda-tanda vital
œ Pantau suhu tubuh setiap 2-4 jam
œ Anjurkan klien untuk banyak minum
œ Anjurkan untuk mengenakan pakaian yang longgar dan tipis
œ Berikan kompres air biasa
œ Kolaborasi mengenai pemberian terapi


4. Diagnosa IV      : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan sekunder
akibat hipermetabolik
Tujuan             : Klien dapat melakukan aktifitas sesuai kebutuhan secara
mandiri
KH                  : Klien berpartisipasi dalam melakukan perawatan secara
mandiri
Intervensi        :
œ Kaji tanda-tanda vital saat istirahat maupun saat beraktivitas
œ Kaji adanya sianosis, pucat, takipnea, dispnea
œ Anjurkan untuk meningkatkan istirahat
œ Batasi aktifitas klien
œ Berikan lingkungan/ suasana yang tenang
œ Anjurkan untuk melakukan aktifitas pengganti yang tidak melelahkan, seperti membaca, menonton tv atau mendengarkan radio.
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hipotiroid

I. Pengkajian
Kadar elektrolit (Ca2 dan PO34)
Kejang, kesemutan
Tanda chuostek dan Trousseau
Dispnea
Stridor laring, bronkospasme
Sianosis, disritmia
Keadaan kulit kasar,kering, bersisik
Kuku menjadi tipis dan rapuh
Rambut, alis, dan bulu mata jarang dan tipis
Ansietas
Asupan dan keluaran setiap 8 jam
Nausea, vomitus, nyeri abdomen
Adanya ketidaknyamanan (nyeri tulang), lemah, parastesia
Konstipasi, poliuria


II. Diagnosa Keperawatan
  1. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
  2. perubahan suhu tubuh, hipotermi berhubungan dengan penurunan status metabolic sekunder
  3. konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal
  4. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan kognitif
 http://kyfi.wordpress.com/2011/03/16/hipertiroid-dan-hipotiroid/

III. Intervensi
  1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
Tujuan             : perbaikan status respiratori dan pemeliharaan pola nafas yang
normal
Kriteria Hasil   : – memperlihatkan perbaikan status pernafasan dan pemeliharaan
pola nafas yang normal
- menunjukkan kedalaman dan pola respirasi yang normal
- menunjukkan pola nafas yang normal tanpa bising tambahan pada
auskultasi
Intervensi         :
- pantau frekuensi kedalaman pola pernapasan  : oksimetri denyut nadi
- dorong pasien untuk nafas dalam
- berikan terapi sesuai program


  1. Perubahan suhu tubuh , hipotermi berhubungan dengan penurunan status metabolic sekunder
Tujuan             : pemeliharaan suhu tubuh yang normal
Kriteria Hasil   : – mempertahankan suhu tubuh normal
- melaporkan rasa hangat yang adekuat dan berkurangnya gejala
menggigil
- menggunakan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut
Intervensi         :
- Pantau suhu tubuh normal
- Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar
- Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut


3.    Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal
Tujuan             : Pemulihan fungsi usus yang normal
Kriteria Hasil   : – melaporkan fungsi usus yang normal
- mengenali dan mengkonsumsi makanan kaya serat
- minum cairan sesuai yang dianjurkan setiap hari
- mencapai pemulihan kepada fungsi usus yang normal
Intervensi         :
- Pantau fungsi usus
- Berikan makanan kaya serat
- Dorong peningkatan asupan cairan dalam batas-batas retriksi cairan
- Ajarkan kepada klien tentang jenis-jenis makanan yang banyak mengandung air


4.   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan kognitif
Tujuan             : meningkatkan partisipasi dalam aktifitas dan kemandirian
Kriteria Hasil   : – melaporkan penurunan tingkat kelelahan
- memperlihatkan perhatian dan kesadaran pada lingkungan
- berpartisipasi dalam aktifitas dan berbagai kejadian dalam
lingkungan
- beraktifitas dalam perawatan mandiri
Intervensi            :
- pantau respon klien terhadap peningkatan aktivitas
- berikan stimulasi melalui percakapan dan aktivitas yang tidak menimbulkan stress
- Bantu aktivitas perawat mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah



Kelenjar tiroid ( kelenjar gondok) adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia. Terletak di leher, tepat dibawah jakun, dengan diameter sekitar 5 cm. Fungsi kelenjar tiroid yaitu mengatur metabolisme tubuh, sehingga segala sesuatunya berjalan lancar dan normal didalam tubuh seseorang.

Hipertiroid, berarti kelenjar gondok bekerja melebihi kerja normal sehingga biasanya kelenjar gondok membesar dan juga akan didapatkan hasil laboratorium untuk hormon TSH, T3 dan T4 yang berada diatas ambang normal.

Hipotiroid kebalikan dari hipertiroid, disini kelenjar gondok bekerja dibawah normal, sehingga ketiga hormon tadi kadarnya didalam serum dibawah angka normal.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS